Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan,
adab dan sopan santun.
Akhlak mulia berati seluruh prilaku umat manusia
yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist yaitu adab sopan santun
yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW kepada kepada seluruh
umat manusia ketika beliau masih hidup.
Secara
garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu:
1
|
Akhlak kepada Allah
|
Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh
perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad
SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
|
|
2
|
Akhlak kepada ciptaan Allah
|
Akhlak
terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan
sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib
dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.
|
A.
Taubat (Mohon Pengampunan kepada Allah)
“Sesungguhnya Allah
itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang
yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Taubat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat
dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun
kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah
dilakukannya
Hadis Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Sesungguhnya Allah
menerima tobat hambanya selagi ia belum tercungak-cungak hendak mati (nyawanya
berbalik-balik dikerongkongan).” (HR Ahmad)
Beberapa kriteria orang yang bertaubat.
Beberapa kriteria orang yang bertaubat.
1. Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang
ini diampuni dosanya.
Artinya : “Selain orang-orang yang taubat sesudah berbuat kesalahan dan mengadakan perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang.” (QS Ali Imran : 89)
2. Taubat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Taubat
semacam ini sudah tidak dapat diterima
“Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak pula (diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksaan yang pedih.” (QS An Nisa : 18)
3. Taubat nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya. Taubat
nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau
semurni-murninya. Taubat semacam inilah yang dinilai paling tinggi (QS. At
Tahrim [66]: 8)
Taubat nasuha dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut:
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada Allah (QS An Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblis dan dari kejahatan makhluk lainnya. (QS An Nas : 1-6, Al Falaq : 1-5, dan An Nahl : 98)
3) Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan, dengan sungguh-sungguh, sesuai keadaan, tidak melampaui batas, dan hasilnya tidak boleh diminta segera (QS Al A’raf : 35, Hud : 112, Al Isra’ : 17-19, Al Anbiya : 90 & 37, Az Zumar : 39) serta sadar karena tidak semua keinginan dapat dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4) Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak dimurkai Allah (QS Yunus : 100) dan menggunakan pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk (QS Hud : 46 dan Ar Rum : 29) serta selalu membaca ayat-ayat alam semesta Al Qur’an (QS Ali Imran : 190-191), mendengarkan perkataan lalu memilih yang terbaik (QS Az Zumar : 18), dan bertanya kepada yang berpengetahuan jika tidak tahu (QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah : 155-157) karena kalau tidak sabar orang beriman dan bertakwa tidak akan mendapat pahala (QS Al Qasas : 30)
6) Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar (QS Al Ankabut : 45) dan bertebaran di muka bumi setelah selesai salat untuk mencari karunia Allah dengan selalu mengingat-Nya agar beruntung (QS Al Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi hikmah (QS Yusuf : 22, Al Qasas : 4, Al Furqan : 69-71, At Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Tiga syarat taubat nasuha sebagai berikut:
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesali perbuatannya
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi.
4) Mengganti dengan perbuatan yang baik, dan apabila ada hubungan dengan hak-hak orang lain, maka ia harus meminta maaf dan mengembalikan hak pada orang tersebut.
B. Raja’ (Mengharap Keridhaan Allah)
Ciri-ciri raja’ atau optimis yaitu:
1. Dalam berusaha (ikhtiar) seseorang akan mengawali dengan niat yang baik, yaitu karena Allah swt
2. Senantiasa berpikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta berani menghadapi resiko yang menghadang
3. Munculnya sifat ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan sehingga akan menjadikannya mampu berpikir kritis
4. Selalu bertawakal kepada Allah setelah usaha yang dilakukan. Ia sadar bahwa kewajiban manusia hanya berusaha dari Allah yang menentukan
5. Tidak lekas merasa puas atas apa yang diraih dan selalu berusaha meningkatkan diri
6. Jika ia menjadi orang yang berhasil, akan menyadari bahwa segala keberhasilannya berkat karunia Allah, ia tidak lupa untuk menafkahkan sebagian hasil jerih payahnya untuk beramal dan membantu mereka yang membutuhkan
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada Allah (QS An Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblis dan dari kejahatan makhluk lainnya. (QS An Nas : 1-6, Al Falaq : 1-5, dan An Nahl : 98)
3) Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan, dengan sungguh-sungguh, sesuai keadaan, tidak melampaui batas, dan hasilnya tidak boleh diminta segera (QS Al A’raf : 35, Hud : 112, Al Isra’ : 17-19, Al Anbiya : 90 & 37, Az Zumar : 39) serta sadar karena tidak semua keinginan dapat dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4) Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak dimurkai Allah (QS Yunus : 100) dan menggunakan pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk (QS Hud : 46 dan Ar Rum : 29) serta selalu membaca ayat-ayat alam semesta Al Qur’an (QS Ali Imran : 190-191), mendengarkan perkataan lalu memilih yang terbaik (QS Az Zumar : 18), dan bertanya kepada yang berpengetahuan jika tidak tahu (QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah : 155-157) karena kalau tidak sabar orang beriman dan bertakwa tidak akan mendapat pahala (QS Al Qasas : 30)
6) Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar (QS Al Ankabut : 45) dan bertebaran di muka bumi setelah selesai salat untuk mencari karunia Allah dengan selalu mengingat-Nya agar beruntung (QS Al Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi hikmah (QS Yusuf : 22, Al Qasas : 4, Al Furqan : 69-71, At Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Tiga syarat taubat nasuha sebagai berikut:
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesali perbuatannya
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi.
4) Mengganti dengan perbuatan yang baik, dan apabila ada hubungan dengan hak-hak orang lain, maka ia harus meminta maaf dan mengembalikan hak pada orang tersebut.
B. Raja’ (Mengharap Keridhaan Allah)
Ciri-ciri raja’ atau optimis yaitu:
1. Dalam berusaha (ikhtiar) seseorang akan mengawali dengan niat yang baik, yaitu karena Allah swt
2. Senantiasa berpikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta berani menghadapi resiko yang menghadang
3. Munculnya sifat ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan sehingga akan menjadikannya mampu berpikir kritis
4. Selalu bertawakal kepada Allah setelah usaha yang dilakukan. Ia sadar bahwa kewajiban manusia hanya berusaha dari Allah yang menentukan
5. Tidak lekas merasa puas atas apa yang diraih dan selalu berusaha meningkatkan diri
6. Jika ia menjadi orang yang berhasil, akan menyadari bahwa segala keberhasilannya berkat karunia Allah, ia tidak lupa untuk menafkahkan sebagian hasil jerih payahnya untuk beramal dan membantu mereka yang membutuhkan
Jalan yang hak dalam menggapai ridha Allah antara lain
melalui orang tua (birrul walidain). Berbakti kepada kedua orang tua adalah
salah satu masalah yang penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah
memerintahkan kepada manusia untuk bertauhid kepada-Nya, Allah SWT.
memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.
Allah SWT. berfirman dalam Q.S Al-Isra ayat 23-24 yang
artinya :
(23) Dan Tuhanmu
telah memerinthkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baikya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.
(24) Dan hendaklah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : “Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendididk
aku waktu kecil.”
Keutamaan berbakti kepada orang tua dan pahalanya apabila
kita melaksanakannya antara lain :
·
Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang
paling utama
·
Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua
·
Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan
kesulitan yang sedang dialami yaitu melalui cara beramal sholeh
·
Dengan bersilaturahmi kepada orang tua, seseorang akan
diluakan rezekinya dan dipanjangkan umurnya
·
Balasan dari perbuatan berbakti kepada orang tua yaitu akan
dimasukkan ke syurga oleh Allah SWT.
·
Oleh Allah akan dihindarkan dari berbagai malapetaka
Bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua, antara lain dapat
dilakukan dengan cara :
1.
bergaul kepada keduanya dengan cara yang baik
2.
berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut
atau berbicara dengan perkataan yang mulia kepada orang tua
3.
tawaduk (rendah hati) atau tidak boleh bersikap sombong
karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan
orang tua kita
4.
memberi infak atau sedekah kepada kedua orang tua
5.
mendoakan kedua orang tua
Komentar
Posting Komentar