DI BALIK DINGIN DAN SENYUMAN
Angin pagi berhembus lembut
mebawa seruan nama Allah, dan menerpa lembut setiap apa saja yang dia lewati,
termasuk gadis remaja yang sedang melamun sendiri dan tersenyum manis disela-sela lamunannya. Matanya tertuju
kepada anak-anak yang sedang bermain di taman depan rumahnya, “hah..” gadis itu
mendesah. Wajahnya yang diselimti dengan jilbab, membuatnya terlihat manis
,ditambah dengan wajahnya yang dingin tanpa ekspresi. Aneh memang, namun dia
sangat manis, auranya tercurahkan keluar dari sorot matanya yang hitam bening
dan indah. Entah apa yang dia pikirkan ,sangat sulit untuk menebaknya. Aku hanya
bisa melihatnya dari jauh, rasanya ingin menghampirinya dan menjadi salah satu
cerita hidupnya. Omong-omong namanya Annisa nur Ibrahim, dia adalah anak smu
kelas dua atau yang lebih tepatnya kelas 11, dia bersekolah di SMA negeri 05
plg, sebenarnya dia manis namun kebanyakkan orang menilai sebaliknya, mungkin
karena sifatnya yang dingin tanpa ekspresi sama sekali, menangis pun tak
pernah,apalagi saat kakeknya meninggal, tak sedikitpun air mata yang berlinang,
namun dia masih memiliki satu ekspresi, yaitu tersenyum namun ia menunjukkannya pada saat bersama keluarganya,
dan anak-anak kecil. Entah?, selama ini pun aku masih bertanya Tanya?...”hem..”
aku bergumam pelan.
***
‘Pagi ini sudah ada anak-anak
bermain, lihatlah wajahnya yang polos dan lugu itu, betapa bahagianya mereka,
aku senang’ kataku sambil tersenyum. “hah..” aku mendesah, aku teringat masa laluku.
Pikiranku pun menerawang jauh ke memori-memori yang tersimpan di ingatanku,dan
akhirnya aku terhanyut kedalamnya. “Nisa…,sarapanya sudah siap, ayo makan!”
teriak mamaku mengagetkanku yang masih terlibat dalam ingatanku sendiri, “iya
umi!” seruku dan langsung berlari keruang makan. “Hem enak…!” kataku sambil
tersenyum, kakakku segera menoleh kearahku kaget… ”Eh.. hahaha” tawanya setelah melihatku
disusul abi dan umi ku yang hanya tertawa kecil, “Ada apa sih?” tanyaku heran,
kakakku hanya menunjuk telunjuknya kearah pipiku, MasyaAllah, wajahku penuh
nasi, “maklumlah lagi lapeeer, hehehe…”kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku
yang tidak gatal dan tentunya tersenyum malu. “huh dasar..!kayak anak kecil
aja!” ejeknya. “Udah, sana pergi sekolah, nanti telat lho!” kata Umi ku lembut.
Kami pun pergi….
Akhirnya sampai, saat aku
berjalan aku tak sengaja mendengar bisik-bisik dari seseorang, karena kurang
jelas aku pun bersembunyi, aku hanya ingin memastikan benar atau tidak,
bukannya nguping lho, tapi, mereka sedang membicarakanku.
“ Eh.. tahu nggak anak
11 ipa 1 yang wajahnya itu sedingin es?”, kata seseorang yang berpita pink
memulai pembicaraan,
“eh.. tahu emang
kenapa?” kata gadis disebelahnya.
“Katanya dia itu bukan
manusia deh, mana mungkin kan manusia sedingin itu!” kata orang yang berpita
pink itu lagi.
“Iya loh!, ditambah
lagi waktu dia dimarahin guru, ekpresinya datar aja, seperti nggak ada apa-apa,
guru aja sampai bergidik melihatnya”. Kata gadis yang berdiri.
Mereka pun menggangguk dan
terhanyut dengan pikiran masing-masing. Yah begitulah kehidupan ku disekolah,
aku dijuluki si manusia tebing es, dinginnya diriku membuat aku tidak memiliki
teman, namun dari hal ini aku bersyukur kepada Allah swt. Karena aku tak
terjebak dengan kemunafikkan mereka. Selain itu aku juga diberikan sesuatu yang
sangat ajaib dari Allah swt., yaitu kecerdasan ku yang dibilang jenius, IQ ku
saja 200, TOEFL ku 699, bahkan aku sempat ditawarkan langsung dari Universitas
OXPORT untuk bersekolah disana dengan biasiswa
saat aku SMP dulu. Selain itu aku juga dapat membaca pikiran orang lain
dan mengerti bahasa binatang, bukannya ini benar-benar keajaiban dari Allah,
aku sangat bersyukur atas yang ia berikan.
***
Pagi ini aku melihatnya lagi ia
sedang menguping,entah apa yang ia dengar, aku selalu memperhatikanya, saat dia
melamun, saat dia belajar, dan saat dia berbicara dengan hewan , aneh ya!,
tetapi hewan itu sepertinya mengerti apa yang dikatakannya, apa sampai
segitunya ia kesepian, aku ingin secepat bertemu denganya dan menjadi orang
pertama yang berteman dengannya secara tulus. “oh.. Tuhan yang maha pengasih,
kapan engkau akan mempertemukanku dengannya?”, doaku tulus.
***
Setiap hari orang selalu
mencibirku, namun untungnya guru-guru masih tetap menganggapku, karena aku adalah
anak yang rajin dan pintar, kata salah satu guruku, aku tidak bermaksud
menyombong lho!, tapi sungguh itu jujur, namun hal ini juga membuat aku terus
disindir, anehnya aku tak pernah menggubris mereka, ataupun tersinggung pantas
saja mereka memanggilku manusia tebing es, namun beberapa detik kemudian Pak
Edo guru kami datang dan diikuti seseorang dibelakangnya, mataku terus
menatapnya, tak tahu kenapa, seakan-akan dia adalah kunciku yang akan mengubah
hidupku, entah pikirang ini begitu saja datang, tanpa basa-basi lagi.
“ Ini adalah anak
baru, dia pindahan dari hokaido Jepang, silakan perkenalkan namamu!” kata pak
Edo ramah.
“ Baik!, nama saya
Muhammad Al Fatah Yamato, saya pindah kesini karena bosan tinggal di Jepang,
hehehe…” katanya lalu tertawa. ‘apa yang lucu!’ gumamku.
“wew..’’ kata
teman-teman yang lain dan tertawa, ‘ aneh!’, kemudian mereka menatapku sinis,
aku buang muka aja.
“OK, kamu duduk di
sebelah Annisa, jika ada pelajaran yang tidak kau mengerti Tanya saja
dengannya” Kata Pak edo tegas sambil menunjuk bangku disebelahku.
Saat anak baru itu
duduk pak Edo langsung mengacuh ke pelajaran.
“Boleh pinjam bukunya,
Eh.. salam kenal!” katanya tersenyum kepadaku.
Aneh!, auranya Putih
bersih, dan tidak terlihat kemunafikkan yang tersirat, semuanya putih bersih..
“ Ada apa?” katanya mengejutkan ku, aku pun langsung membuang muka
jauh-jauh,dan meneruskan belajar walaupun hal aneh tadi masih aku pikirkan.
***
Akhirnya aku bisa bertemu
langsung dengannya, entah jantungku berdetak tak karuan melihatnya, saat aku
meminjam bukunya dia melihatku lama dan datar, saat aku bertanya “Ada apa?” dia
langsung buang muka, tapi entah rasanya hangat bercampur deg-degan.
***
Pelajarn selesai, ‘ leganya!’
rasanya senang sekali, namun aku tidak tersenyum, sungguh bahkan walaupun aku
senang, tak ada sedikit pun senyum yang terlihat dari bibirku, aku melihat
orang-orang datang menghampiri mejaku, yang pasti bukan untuk menemuiku, yang
pasti anak baru itu.
“Hei…! Sapa lisa menjadi orang
pertama yang memulai pembicaraan.
“hai… juga! Balasnya tersenyum,
lalu percakapan berlanjut, keberadaanku tidak digubris sampai akhirnya..
“ Loh kok diam aja!, kenapa
nggak gabung? Tanya si anak baru itu, sontak membuat semua orang menoleh
kearahku, secepat kilat aku membuang muka, lalu aku mendengar suara hati
mereka, ada yang bilang,’nggak usah ditanya, dia itu kan patung!’, lalu’ belum
tahu dia!’ dan sebagainya. Aku hanya bisa berdiam diri. Lalu lisa berkata
dengan keras setelah dia melihat handphone nya, “ eh Mika mana?, ada yang
ngelihat dia sekolah nggak?”. Iya ya, sedari tadi dia nggak nongol pantas sepi,
tapi kok aku merasa ada yang aneh ya!.
***
Saat aku menyapanya, aku hanya
mendapati bahwa diriku tidak digubris, namun anehnya hal ini membuat aku makin
ingin mengenalnya lebih jauh. Namun saat salah seseorang berteriak, dia
terlihat sedang berpikir dan merasakan sesuatu, aku ingin tahu apa yang dia
pikirkan.
***
Tiba-tiba firasat buruk
menghantui ku, ‘ pasti ada yang tidak beres’ kataku dalam hati. Hal ini pun
terus mengganggu pikiranku, dan ada seseorang yang menyadari kegundahanku saat
ini. Dia pun menghampiri ku saat jam istirahat, dan dia tahu bahwa aku tidak
akrab dengan salah satu pun di kelas ini.
“ Ada apa?, kok murung aja dari
tadi?’’ tanyanya lembut kepada ku.
Aku tidak menjawab ,hanya diam dan tidak
memperdulikannya.
“ kau tak perlu diam dan
menjauhiku seperti ini, aku akan berusaha menghiburmu, dan mendengar ceritamu,
karena aku mau menjadi temanmu” katanya mengagetkaku, kata-katanya membuat
hatiku hangat, tak terlihat sedikit pun
kemunafikkan, yang ada hanyalah kejujuran. ‘ dia berbeda dari yang lain,
mungkin aku bisa berteman dengannya, tapi… tidak…tidak boleh, jangan percaya
dengannya, TITIK, tidak ada kata pertemanan’ hatikku berkecamuk.
“ Aku tahu kamu tidak percaya
padaku, tapi aku akan tetap berusaha agar membuatmu percaya padaku, karena aku
tahu kau tidak sedingin tebing es, namun kau adalah matahari yang hangat di
pagi hari’’ katanya mengagetkan aku dan pergi begitu saja meninggalkan diriku
yang masih terperangah. Drastis wajah ku memerah, hatiku hangat, dan tak sengaja
seuntaian senyum tercurah dibibirku, sontak membuat orang yang sedang menoleh
kearahku yang sedari tadi melihat percakapan kami( yang sebenarnya hanya dia
yang berbicara) berteriak histeris “ SI MANUSIA ES TERSENYUM!, Hebat sekali
anak itu meluluhkan tebing es yang ada!”, semua orang berdecak kagum, begitu
pula aku, baru pertama kali aku tersenyum didepan orang kecuali keluargaku, dan dialah orangnya,
ternyata firasatku benar dia adalah kunci yang berharga dalam hidupku.
Bel pulang pun berbunyi, dia
sedang merapikan buku-bukunya dan tentunya hanya dia sendiri, aku pun
memberanikan diri untuk menyapanya, aku takkan pernah melepasnya. Karena dia
adalah kunci yang akan mengubah hidupku.
“hai perlu bantuan?’’ Tanya ku
sedikit ragu, namun dia hanya diam dan terperangah, lalu tersadar dan menjawab
“ Tidak, terimakasih” dia pun tersenyum, senyumnya membuat jantungku tak
karuan. “ Jika ada pelajaran yang tidak kau mengerti, tanyakan padaku saja, karena
kita kan teman” tawaran yang pertama kali aku buat, dan tak lupa seutas senyum,
namun ini senyum yang tulus, dan penuh dengan usaha.
***
Aku tak menyangka kata-kataku
tadi keluar begitu saja, apa yang ada dihatiku terucap tak terkendali. Namun
toh akhirnya berguna juga sikap ku yang satu itu. Saat dia menawarkan bantuan
dan berkata teman, serta seutas senyum yabg ia berikan membuatku semakin yakin
aku bisa menjadi teman nya bahkan sahabat. ‘Semangat Fatah, kau pasti bisa’ inner ku berbicara.
***
‘ Semoga aku bisa berbicara
dengannya secara lancer, aku pasti bisa, dia adalah kunci hidupku, dia pasti
akan sangat berguna nantinya AYO ANNISA kau pasti bisa!’ innerku bersemangat.
Aku memperhatikan kelasku yang masih sepi. Sepertinya aku kepagian, terlalu
semangat ni. “hei!” sapa seseorang dibelakangku, aku sontak menoleh, ternyata
dia, entah kenapa kau jadi kaku begini. “h…a…I ju..ga” kataku gagap,’aneh
kenapa aku tiba-tiba gagap’ inner ku kebingungan.
“hem… apa kau akan terus berdiri disini?’’ tanyanya padaku
Aku menarik napas dan mengatur pernafasan ku sebelum berbicara,( tarik
nafas…hembuskan…)
“ tentu saja tidak!, oh ya siapa namamu?, aku lupa!” sebenarnya sih aku
tak mendengar dia memperkenalkan diri.( hehehe… nisa budek ni!! Author nimbrung
sedikit ya! * ditimpuk sepatu*)
“ namaku fatah, siapa namamu? soalnya yang aku tahu mereka semua
menyebutmu manusia tebing es” katanya polos banget ( lugu amat sih, atau
jangan-jangan bloon ya!*ditendang ke hawaii*)
“Annisa panggil saja nisa, kalau kau ingin memanggilku sama seperti yang
lain si nggak apa, it’s okay!” kataku pasrah.
“ nggak deh, namamu bagus-bagus Annisa diganti seenaknya, aku pikir
namamu sesuai dengan dirimu deh!” katanya sontak membuatku memerah sejenak
(“ckckck… kasian banget si fatah, nggak tahu apa annisa itu seseram setan,
nggak cocok banget dengan namanya”,”APA??”,*author dikubur hidup-hidup ‘hiyyy
sereemmm…’).
“hey kok melamun emang itu kebiasaanmu ya!”
“ kalau iya, kenapa?, apa sikap polosmu itu juga kebiasaan atau
dibuat-buat!” tuding ku.
“ sepertinya sikap polos itu sudah mendarah daging!” jawabnya polos
“ dasar” kataku singkat.
“emang aneh ya?” tanyanya dengan wajah polos.
“hahaha…kau ini polos banget si!” aku tertawa, ya aku bener-bener
tertawa, dia begitu polos, dan hal itu yang membuatku menyukainya sekarang,
sepertinya.
Kami pun mengobrol, namun waktu terus berjalan dan aku terpaksa menyudahi
percakapan ini karena kelas sudah mulai penuh, dan tak mungkin aku
memperlihatkan ekspresi yang belum pernah lihat dari wajahku ini, cukup di
depan orang yang duduk disebelahku ini saja yang melihat ekspresi asli ku.
***
‘heh?, kenapa dia langsung diam begitu aja, dan mengapa wajahnya berubah
dingin lagi, sebenarnya apa sih alasannya melakukan hal itu? Aneh?’ inerku
bergejolak. Sosok orang yang selalu aku perhatikan ini semakin membuatku ingin
lebih mengenalnya. Jujur saja dia penuh dengan misteri, perubahn sikapnya,
padahal dia orang nya ceria dan memiliki kebaikan hati yang luar biasa. Aku
terus memperhatikannya selama pelajaran berlangsung, tiba-tiba aku meras aneh
dengannya, wajahnya pucah, dia berekeringat, tangannya menggenggam penanya
dengan erat seolah menahan sakit, dan tiba-tiba dia jatuh pingsan, “NISA!”
teriakku dan seketika itupula semua mata menatap kea rah ku dan terkejut dengan
apa yang terjadi, aku langsung menggendonya ke uks, aku tahu aku bukan
mukhrimnya tapi apabila kubiarkan begitu saja mungkin akan memperparah
keadaannya. Sesampainya aku di uks, aku langsung mebaringkannya di uks, dan
membiarkan pengurus uks mengurusnya, aku pun kembali ke kelas, walau pikiranku
terus mengkhawatirkannya. Tiba-tiba sosok yang tak kasat mata muncul didepanku
dan berkata “Fatah, jangan lupa tugas mu sebelumnya, Ingat jangan terus
bermain-main karena ini berhubungan dengan nyawa!” sosok didepanku ini berupa
cahaya putih dan tak kasat mata, kata-katanya membuat wajahku semakin bersedih
apakah memang harus aku melakukanya, sungguh aku pasti takkan sanggup
melakukannya. ‘Ya Allah mengapa kau menakdirkan hal ini kepadaku’.( pesan
author : cerita ini hanya fiksi bukan hal nyata, jangan terlalu dipercaya OK)
***
‘Dimana ini?’ aku memutar mataku melihat sekelilingku dan menyadari satu
hal, bahwa aku sedang ada di UKS. Saat aku ingin berdiri tiba-tiba kepala ku
terasa berat dan mata ku berkunang serta perut serasa digoncang dengan hebat,
ku jatuh kan badanku ke atas kasur yang menjadi tempatku terbaring ‘ternyata
aku tadi pingsan’ pikirku menyimpulkan, ada yang aneh dengan badanku,sepertinya
aku telah melewatkan beberapa mata pelajaran. Mata ku menoleh ke arah jam di
dinding sudah jam 14.30, ‘APA?, AKU PINGSAN SELAMA 6 JAM LEBIH!’ astaga aku
tidak pernah pingsan tetapi kenapa sekali pingsan lama sekali.
”Hei, kau sudah meras baikkan?”, aku kaget dan reflek untuk duduk tetapi
kepalaku terasa pusing dan tiba-tiba badan ku limbung dan jatuh dari kasur,’
Lho kok nggak terasa sakit?’ satu detik, dua detik, tiga detik, aku pun membuka
mataku dan betapa terkejutnya aku melihat wajah Fatah yang hanya berjarak 10 cm dan sedang memelukku, spontan saja aku
mendorongya dengan kuat sehingga membuatnya jatuh tersungkur,
”Aduh…, apa-apaan si kok tiba-tiba didorong, akau kan cuman menolongmu
agar kau tak jatuh kelantai bodoh!”,
“ya maaf, eh tunggu kenapa kau
mesti mengatai aku bodoh kan aku tidak sengaja, wajarkan aku reflek dengan hal
yang seperti tadi” wajah ku berubah menjadi cemberut dan mengerucutkan bibirku,
”hahaha wajahmu lucu saat kau cemberut, tadikan aku bercanda, aku juga
tahu kalau kau adalah orang yang cerdas”.
Aku memerhatikan wajahnya yang
tertawa manis sekali, seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen, aku pun
tertawa melihatnay seperti mengingatkan ku akan masa kecilku yang bahagia( Lho
bukan sebaliknya ya *digampar* siapa yang bilang ha?, masa kecil gue bahagia
tahu, awas lo Author, author berlibur ke London).
“Hei nis kau kenal Mika?” Tanya
nya menghentikan tawa kami
“Mika teman sekelas kita, kenal si, tapi tidak pernah dekat, emang ada
apa?’’ Tanya ku padanya.
“Tadi aku tidak sengaja mendengar percakapan guru, katanya Mika sudah
tidak masuk sekolah sebulan lebih, apa itu benar?, dan lagi aku mendengar
tentang hal-hal miring yang tak enak didengar”
“Memanga benar si, tapi aku kurang yakin dengan hal-hal miring yang
sering dibicarakan tentangnya, aku yakin dia orangnya baik dan tak mungkin
terlibat dengan hal-hal mengenai kenakaln remaja seperti yang mereka bicarakan,
sebenarnya aku juga bingung kenapa dia tidak pernah masuk lagi” kataku
menjelaskan opini yang terpendam selama ini dipikiranku, dan kau tahu firasatku
semakin buruk saja.
“Tetapi bukannya belum tentu kalau dia menutupi tabiat aslinya, dengan
wajah ceria. Bukannya hal itu bisa saja
terjadi kan?”. Apa?, maksudnya apa, apa dia bermaksud menyinggungku, aku memang
pintar menutupi ekspresiku, dan tak menuntut kemungkinan bahwa orang yang
didepanku ini meyinggungku, hatiku serasa dihujam dengan tusukan pisau-pisau
tajam, dan tanpa sengaja air mataku keluar dan jatuh dari pelupuk mataku.
‘’Apa maksudmu?hiks..,kau menyinggungku. memang aku pintar menutupi
sesuatu, tapi kau seolah olah mengatakan aku ini adalah orang yang bertabiat
buruk dan menyusahkan, aku punya alsan dan semua orang yang melakuakan hal
tersebut pasti punya alasan sama sepertiku, jangan menilai orang seperti itu,
ternyata kau sama saja dengan yang lain” kataku sambil terisak aku mendudukkan
diri di lantai yang dingin, entah mengapa aku menangis, aku tak pernah
memperlihatkan air mataku bahkan kepada keluargaku. Aku terus menangis.
***
‘eh aku barusan membuatnya menagis’ sungguh aku tak bermaksud,’astaga
aku lupa bahwa dia juga bersikap dingin untuk menutupi perasaanyaka,
BODOHHH…,aku sungguh bodoh’ ku pukul kepalaku 3 kali, betapa bodohnya aku. Aku
pun berlari mengejarnya namun dia telah terlampau jauh. Aku hanya dapat
merutuki kebodohanku ini.
***
Aku pun berhenti belari setelah
aku merasa tellah jauh dari Fatah, kenapa aku menangis mungki dia tidak
bermaksud, kenapa di depannya aku sangat sulit untuk menutupi perasaanku,
biasanya tak pernah seperti ini. Aku melirik jam yang ada di pergelangan
tanganku, Astagrfirullah sudah jam setengah 5 gawat nanti abi marah, aku pun
bergegas pulang kerumah.
Setibanya dirumah aku tidak
mendapati satu orang pun dirumah, aku pun membuka pintu rumah dengan kunci
duplikat yang diberikan kepadaku karena umi dan abi selalu sibuk, hem saat aku
mencapai dapur ada sebuah note yang tertempel dikulkas bertuliskan
“Nisa kamu masak sendiri ya umi
dan abi sedang menemani kakakmu untuk mendaftar ulang di universitas bakrie,mungkin
selama 1 minggu kami akan tinggal disana jaga diri baik-baik dan ingat jangan
bergadang karena menatap bintang semalaman”
“hah” aku menghela nafas, selalu
saja seperti ini, kakak terus, kakak lagi, ok kakakku sama sepertiku hanya saja
kakakku mudah bersosialisasi sedangkan aku tidak, karena inilah kakakku lebih
menonjol dariku, rasanya aku seperti bayangannya. Ok Umi dan Abi masih
perhatian kok sama aku buktinya mereka masih menasehatiku walau memang tidak
secara langsung, dulu sih tidak seperti ini, sebelum kakak pertamaku ‘Linzy’
meninggal karena kecelakaan perhatian mereka tidak akan terbagi seperti ini,
aku menjadi seperti bayangan, aku tahu kok kak Musa(kakak keduaku,merupakan kembaran
kak Linzy) mempunyai penyakit leukemia yang memang perlu perhatian khusus agar
dia tidak terlalu kecapekan dan jatuh sakit, tapi yang menjadi pertanyaan
kenapa aku selalu di nomor duakan, aku selau dibandingkan dengan kakakku itu,
dan yang terakhir kekurangan ku selalu diungkit apabila aku berbuat kesalahan
mulai dari diriku yang sulit membaca situasi, yang sulit untuk bersosialisasi
dan lain-lain. Aku selalu menatap bintang karena aku tidak akan merasa
kesepian. Saat aku mengalihkan
pemandanganku dari langit ketaman bermain yang ada diseberang rumah ku,
aku melihat cahaya yang melintas dan turun disana lamabt laun cahaya itu
meredup dan berubah menjadi sosok manusia,’Eh’ apa tidak salah?, manusia?,
tidak mungkin, ku kerjapkan mataku berkali-kali dan dia memang manusia, saat
aku benra-benar menelitinya, betapa terkejutnya diriku, sosok itu ternyata
adalah Fatah, “Fatah” ucapku berbisik, namun entah mengapa Fatah seperti
terlonjak kaget saat mata kami saling bertemu, dia bersiap untuk pergi namun
ada kejanggalan yang aku tangkap darinya, dibalik punggungnya terdapat seperti
lengkungan besar berwarna putih namun seperti cahaya, aku pun
memanggilnya,”FATAH…, tunggu sebentar”,saat dia akan pergi aku reflek berdiri
dan tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan jatuh dari balkon kamarku di
lantai dua, sekali lagi LANTAI 2,”Kyaaaaa” aku berteriak, setelah beberapa
detik aku baru menyadari bahwa diriku tidak merasakan sakit sedikit pun, dan
badanku serasa melayang. Apakah aku telah mati, tapi taka pa, mungkin dengan
begini aku takkan menyusahkan orang tua yang mungkin memang tak menganggapku.
Aku tersenyum miris, tiba-tiba suara mengintrupsi”Hei kapan kau akan mebuka
matamu?”, eh inikan suara fatah, sontak aku membuka mataku dan benar dia Fatah,
dan dia mengendongku astaga entah sudah semerah apa wajahku ini tapi tunggu kok
aku merasa kami melayang, aku menoleh kebawah dan benar saja jarak tanah dengan
kami adalah 1,5 meter. Tidak mungkin?,kok bisa aku pun menoleh ke fatah,
seketika itu aku pingsan.
***
“Hei… bangun Nisa” aku pun
mencoba membangunkan Annisa dari pingsannya, wajar saja, semua orang pasti akan
seperti itu apabila melihat hal yang diluar logis apalagi manusia bersayap yang
terbang melayang diatas tanah, ya akulah sosok yang mebuat Nisa pingsan, asalkan
kalian tahu aku adalah malaikat, memang tidak logis namun aku bukanlah malaikat
seperti malaikat kebanyakan aku hanyalah manusia yang ditugaskan untuk
meneyelsaikan hal-hal yang belum sempat diselesaikan oleh orang yang telah
meninggal dunia dan setelah itu kami akan menghantarkannya ke akhirta agar dia
tenang, jadi bisa dikatakan aku adalah manusia setengah malaikat dan bukan
hanya aku saja, di dunia ini banyak kok yang sepertiku dan mungkin saatnya aku
menceritakan hal ini kepada Nisa.
“Enggg” aku segera terbangun
dari lamunanku dan menghampiri Nisa.
“Sudah sadar?” tanyaku padanay
dan dia menatapku bingung.
“Kyaaaa…apa yang kau lakukan di kamarku?” teriaknya kencang membuat
telingaku berdenging.
“Tadi kau pingsan, untuk aku menolongmu tepat waktu kalau tidak, entah
apa yang akan terjadi padamu” kataku sambil tersenyum lembut.Dia hanya
membulatkan mulutnya membentuk huruf O, kemudian mimiknya berubah seperti
sedang berpikir, dan…
“Eh kau ini sebenranya apa sih?, jangan dekat-dekat!” katanya sambil mudur
beberapa langakah. Aku pun menghela nafas, dan menceritakan semuanya, lambat
laun wajahnya telah menunjukkan kepercayaan dan tidak takut lagi akan sosokku
yang sebenranya, beberapa menit kami berdiam diri, tidak ada yang mau memulai
pembicaraan terlebih dahulu, saat aku berinisiatif untuk memulai pembicaraan
tiba-tiba terdengar isakan tangis, aku sontak menoleh dan mendapati Nisa menangis,
aku bingung apa yang harus ku lakukan.
“Hei…hei kenapa kau menangis tiba tiba, sebenarnya ada apa si?’’ tanyaku
beruntun.
“Hiks…aku…hiks a-aku bukan menangis sedih tahu,hiks… aku bahadia karena
tuhan mengirimkan teman yang special kepadaku apalagi seorang malaikat, hiks…”
tuturnya sambil terus terisak, aku tercengang dengan kata-katanya apa sebegitu
sendiriankah dirinya sehingga sampai menangis tersedu-sedu seperti ini. Aku
hanya terdiam menunggunya selesai menangis,dia pun melanjutkan perkataanya.
“hiks..hiks..aku harap kau mau menemani ku disaat aku sendirian seperti
mala mini dan menghiburku apabila tugas mu telah selesai” katanya dan
tangisannya pun akhirnya berhenti.
“Tentu saja” jawabku yakin karena itulah alasanku mendekatimu dan kau
tahu aku telah lama menunggu waktu seperti saat ini dan menjadi temanmu, walau
sebenranya masih ada tujuanku yang lain, dan kau akan mulai menangis lagi, “
hahaha sudah-sudah” kataku menenagkan. Malam yang indah dengan taburan bintang
yang berkelap kelip aku dan dirimu akhirnya menjadi teman.
*To Be Continued*
Trimakasih buat yang udah baca. Saya sebenarnya
adalah penulis baru, dan nggak tahu deh apa cerita ini nyambung atau nggak.
Maka dari itu saya butuh coment saran dan kritik drai kalian semua yang
membaca, dan tolong beritahu saya apakah ceritanay bagus apakah membuat kalian
penasaran. Saya tunggu komentnya. ^_^
TOLOOOOOOOOOOOONG BERI SARAN< KRITIK DAN<
KOMENTNYA.
cerpen yang bagus
BalasHapuscuma pemikiran cewek dan cowoknya harus dipisah
setuju sama hilwa
BalasHapus